Oleh : Entang Sastraatmadja, Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat
“Leave No One Behind ; better production, better nutrition, a better environment and a better life”. Diterjemahkan secara bebas:
“Tidak Meninggalkan Siapa pun Dibelakang: Produksi yang lebih baik, gizi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik dan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas”.
Inilah tema yang dipilih Badan Pangan Dunia dalam memperingati Hari Pangan Sedunia tahun 2022. Tema ini betul-betul menunjukkan rasa kebersamaan warga dunia dalam menyikapi soal pangan. FAO berharap agar bangsa-bangsa di dunia sepakat, tidak boleh ada satu negara pun yang kekurangan pangan.
Semua bangsa perlu bahu membahu dalam memenuhi setiap orang yang memerlukan pangan. Hidup di dunia tidak boleh ada yang kelaparan. Apalagi terdengar kabar ada orang yang kehilangan nyawa karena kekurangan pangan. Ini penting dicatat. Sebab, yang namanya hak atas pangan merupakan hak setiap anak bangsa untuk mendapatkannya.
Komitmen para kepala negara di dunia untuk mencetuskan Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2015 lalu, pada intinya ingin mempertontonkan kepada warga dunia tentang pentingnya 17 agenda pembangunan yang wajib diselesaikan hingga tahun 2030. Dari ke 17 Agenda tersebut, yang disebut dengan “dunia tanpa kemiskinan” dan “dunia tanpa kelaparan”, telah ditetapkan sebagai prioritas untuk secepatnya diselesaikan.
Menjawab hasrat yang demikian, sangatlah relevan jika dalam menyemarakan Hari Pangan Sedunia 2022, telah ditetapkan tema bagaimana cara nya kita mampu membangun kehidupan yang lebih berkualitas. Diawali dengan meningkatkan produksi pangan setinggi-tingginya untuk memenuhi kebutuhan warga dunia.
Lalu, meningkatkan ketahanan gizi masyarakat, menjaga dan memelihara lingkungan dari perlakuan oknum-oknum yang ingin merusak lingkungan, hingga ke upaya untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik dan lebih berkualitas.
Yang agak memilukan, sekalipun peringatan Hari Pangan Sedunia 2022 tinggal beberapa hari ke depan, namun geliatnya hampir tidak terasakan. Atau boleh saja dikatakan “nyaris tak terdengar”. Kita sendiri tidak tahu dengan pasti, mengapa hal seperti ini dapat terjadi.
Apakah karena sekarang sudah tidak ada lagi Dewan Ketahanan Pangan yang selama masih eksis menjadi penggerak utama dalam peringatan Hari Pangan Sedunia? Atau ada faktor lain yang sampai sekarang belum dipahami oleh publik.
Seorang sahabat malah bertanya apakah Badan Pangan Nasional yang baru dibentuk setahun lalu tidak tergerak hatinya untuk meramaikan Hari Pangan Sedunia 2022? Bahkan ketika ditanyakan soal tema Hari Pangan Sedunia di negara kita saja, seperti nya masih belum ada kejelasan.
Padahal, kalau saja Badan Pangan Nasional mau bersinergi dan berkolaborasi dengan kementerian/lembaga yang memiliki tugas dan fungsi pembangunan pangan, soal tema Hari Pangan Sedunia 2022, bukanlah hal yang sulit untuk diselesaikan.
Ketika Dewan Ketahanan Pangan belum dibubarkan, lembaga non struktural yang sifat nya Ad Hoc ini mampu menggerakan kementerian/lembaga, dunia usaha yang berkiprah dalam urusan angan, kalangan akademisi, jajaran komunitas dan media untuk ramai-ramai menyemarakan Hari Pangan Sedunia. Pada saat puncak acaranya perwakilan FAO di Indonesia selalu memberi sambutan terkait dengan perkembangan pembangunan pangan dunia.
Penting diutarakan, puncak peringatan Hari Pangan Sedunia, secara tidak langsung menjadi ajang pertemuan para kepala daerah seluruh Indonesia. Sebagai Ketua Dewan Ketahanan Pangan di daerahnya masing-masing, gubernur dan bupati/walikota, tentu saja dapat berbagi pengalaman terkait situasi ketahanan pangan.
Bagi Dewan Ketahanan Pangan, peringatan Hari Pangan Sedunia merupakan momentum yang baik dalam melakukan introspeksi atas kekurangan pembangunan ketahanan pangan yang digarapnya.
Kini Dewan Ketahanan Pangan sudah tidak ada lagi. Lewat Peraturan Presiden, Dewan Ketahanan Pangan resmi dibubarkan. Dengan bubarnya Dewan Ketahanan Pangan, otomatis simpul koordinasi pembangunan ketahanan pangan antar kementerian/lembaga dan antara pusat dan daerah menjadi melemah dengan sendirinya.
Keinginan untuk memposisikan Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD) yang memiliki tugas dan fungsi ketahanan pangan sebagai “kaki” Badan Pangan Nasional, seperti nya masih memerlukan waktu dan proses panjang untuk mewujudkannya. “Kaki” tersebut terekam di banyak daerah, belum mampu kokoh berdiri.
Akibatnya wajar, jika dalam memperingati Hari Pangan Sedunia 2022, baik di Pusat atau Daerah, terlihat seperti yang adem ayem saja. Padahal, kalau kita ikuti persoalan pembangunan pangan dunia, kita tengah dirisaukan akan terjadinya krisis pangan global. Sinyal ke arah itu sebetulnya telah berkelap-kelip dihadapan mata.
Kita tengok India yang dalam beberapa waktu lalu telah menutup kran impor gandum ke negara-negara pengimpor. India lebih mengutamakan kebutuhan warga masyarakatnya ketimbang mengejar keuntungan ekonomi. Hal yang sama, tidak menutup kemungkinan akan ditempuh oleh negara produsen pangan lainnya.
Kini pokok masalahnya sudah mulai tergambarkan. Peringatan Hari Pangan Sedunia 2022 kini tengah menghadapi pemudaran. Tidak ada kelembagaan ad hoc yang tampil sebagai “prime mover”. Padahal, Hari Pangan Sedunia merupakan ajang para pemimpin bangsa di negeri ini untuk saling berbagi pikir dan bersambung rasa masalah pangan. Sayang sekali !
(DM05)