Kementerian Keuangan memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini menyusut menjadi 3,92% dari Produk Domestik Bruto (PDB), turun hampir 1% dari target awal 4,85%. Kinerja moncer ini antara lain ditopang oleh penerimaan pajak yang akan kembali melebihi target seperti tahun lalu.
Pemerintah sebelumnya menargetkan defisit APBN tahun ini sebesar Rp 868 triliun atau 4,85% dari PDB. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani bulan lalu memperkirakan defisit bisa turun hingga 4,5% dari PDB karena tingginya harga komoditas, yang diperkirakan akan menurunkan pendapatan negara menjadi Rp 420 triliun.
Adapun bagian dalam pandangan Terakhir, penerimaan negara diprediksi akan semakin moncer sehingga defisit hingga akhir tahun ini diperkirakan hanya mencapai Rp 732,2 triliun atau 3,92% dari PDB.
“Defisit yang sangat rendah berarti APBN relatif lebih sehat dan kuat. Hal ini sejalan dengan strategi menghadapi kondisi yang bergejolak, terutama di sektor keuangan dengan inflasi global dan kenaikan suku bunga,” katanya dalam rapat kerja dengan DPR. Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat, Jumat (1/7).
Penerimaan pajak tahun ini juga diperkirakan tumbuh 25,8% mencapai Rp 1.608,1 triliun atau 108,3% dari target. Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan komponen pendapatan negara lainnya dan melanjutkan kinerja moncer tahun lalu.
Penerimaan bea dan cukai tahun ini diproyeksikan mencapai Rp 316,8 triliun atau 17,7% dari tahun lalu. Pendapatan ini juga akan melebihi target sebesar 105,9%. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diperkirakan mencapai Rp 510,9 triliun atau meningkat 11,4% dari tahun lalu.
Sedangkan belanja negara tahun ini diperkirakan menembus Rp 3.169,1 triliun atau 102% dari target, meningkat 13,7% dibandingkan tahun lalu. Realisasi belanja tersebut terutama ditopang oleh belanja non Kementerian dan Lembaga (K/L) seiring dengan meningkatnya kebutuhan subsidi dan kompensasi energi.
Belanja non K/L dari subsidi energi tahun ini diperkirakan mencapai Rp 284,6 triliun atau naik 17,6% dari tahun lalu. Sementara belanja kompensasi energi akan melonjak 512,7% dari tahun lalu hanya Rp 47,9 triliun menjadi Rp 293,5 triliun tahun ini.
“Belanja K/L kemungkinan masih akan tertekan negatif sebesar 13,3%, meskipun kami akan santai untuk penyesuaian otomatis,” kata Sri Mulyani.
Sementara transfer ke daerah tahun ini tidak meningkat signifikan sebesar 1,7% dengan perkiraan realisasi Rp 799,1 triliun atau hanya 99,3% dari target. Sri Mulyani berharap kondisi keuangan pemerintah daerah tetap stabil dan dapat menjalankan program-programnya.
Karena pendapatan masih tumbuh lebih tinggi dari belanja dan defisit ditekan lebih rendah, kebutuhan pembiayaan anggaran tahun ini diperkirakan turun 16%. Hingga akhir tahun, realisasinya diperkirakan mencapai Rp 732,2% atau 87,1% dari target. (DM05)