Dampak Karhutla atau kebakaran hutan bagi lingkungan akan mengakibatkan flora dan fauna kehilangan habitatnya, akibatnya mereka akan kekurangan tempat perlindungan dan makanan. Sehingga seringkali hewan-hewan akan berpindah tempat ke daerah yang lebih aman.
Permasalahan tersebut tentunya menjadi perhatian serius bagi pemerintah Indonesia termasuk Presiden Joko Widodo, dimana hal tersebut disampaikan saat membuka secara resmi konferensi Global platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 yang diselenggarakan di Bali.
Dalam konferensi yang membahas tentang pengurangan risiko bencana serta komitmen dunia dalam resiliensi berkelanjutan tersebut, Jokowi dengan bangga menjelaskan tingkat keberhasilan Indonesia dalam mengendalikan pandemi COVID-19.
“Indonesia berhasil menurunkan kebakaran hutan dari 2,6 juta hektare hanya menjadi 358.000 hektare di tahun 2021,” kata Presiden Jokowi.
Selain itu dalam sambutannya, ketika membuka The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 yang disaksikan secara virtual di hadapan utusan khusus PBB, serta 30 Menteri dari luar negeri. Presiden Jokowi mengakui bahwa Indonesia termasuk negara yang rawan terjadi bencana.
Dia menjelaskan bahwa sepanjang 2022, bencana di Indonesia telah terjadi sebanyak 1.613 dengan rata-rata 500 kali gempa baik skala kecil maupun besar setiap bulannya.
Diantaranya bencana gempa besar disertai tsunami di Indonesia yang terakhir kali terjadi di Palu, Sulawesi Tengah pada 2018 silam dan telah merenggut 2.113 nyawa.
Kemudian Indonesia juga memiliki 139 gunung api aktif, yang berulang kali mengalami letusan sebanyak 121 kejadian sepanjang 2015-2021.
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan juga tak kalah menjadi ancaman, salah satu yang terbesar terjadi pada 1997-1998 yang telah menghanguskan lebih dari 10 juta hektare lahan di Indonesia.
“Dengan berbagai upaya, kebakaran hutan dan lahan bisa ditekan seminim mungkin, dan tahun 2021 Indonesia berhasil merestorasi lahan gambut seluas 3,4 juta hektare,” ujar Presiden.
Selain bencana alam, pandemi COVID-19 yang terjadi selama dua tahun terakhir juga menjadi bencana terbesar dunia yang menginfeksi hingga 527 juta orang, merenggut korban 6,3 juta orang, termasuk 7,5 juta anak-anak yang kehilangan orang tuanya.
Dengan menerapkan kebijakan gas dan rem seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Indonesia berupaya menjaga keseimbangan dari aspek kesehatan maupun pertumbuhan ekonomi.
Saat ini, kasus aktif harian COVID-19 di Indonesia menjadi 345 kasus, turun tajam dibandingkan saat puncak kasus mencapai 64 ribu kasus.
Dari populasi penduduk sebanyak 270 juta orang, Indonesia juga telah menyuntikkan 411 juta dosis vaksin.
Untuk itu Presiden pun mengajak kesiapsiagaan dunia dalam menghadapi bencana alam sehingga kerugian akibat bencana dapat terukur.
“Daya tahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana sangat menentukan angka kerugian yang harus ditanggung. Semakin tidak siap, semakin besar kerugiannya, apalagi saat ini dunia sedang menghadapi perubahan iklim,” kata Presiden Joko Widodo. (DM06)