Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif belum lama ini mengajak investor asing untuk menanamkan modal dalam berbagai proyek transisi energi di Indonesia, antara lain dengan sejumlah investor di G7.
Group of seven atau dikenal G7 adalah sebuah grup yang terdiri beberapa Negara yang mewakili dari 64 persen kekayaan bersih global seperti Kanada, Jerman, Prancis, Amerika serikat, Italia dan Jepang.
Awalnya G7 terbentuk hanya untuk merespon krisis ekonomi akibat krisis minyak ditahun 1970. Namun dalam perkembangannya juga membahas isu-isu lain seperti keamanan, perdamaian, perubahan iklim dan kesehatan.
Dalam kunjungannya ke Jerman untuk menghadiri pertemuan G7 Climate pada tanggal 26 dan 27 Mei 2022, Menteri Arifin bertemu dengan petinggi dua perusahaan besar Jerman, yakni Siemens Energy dan HMS Bergbau AG.
“Pertemuan itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya pada akhir Maret yang lalu, berdiskusi mengenai tindak lanjut pembahasan kerja sama Siemens dengan Pertamina Power dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” kata Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta.
Di pertemuan tersebut, Menteri Arifin mengungkapkan bahwa Indonesia terus mendorong investasi di bidang energi terbarukan dan berkomitmen dalam mencapai netralitas karbon pada tahun 2060 atau lebih cepat lagi.
Pada 2030, Indonesia telah menargetkan penambahan pembangkit hanya dari sumber baru dan terbarukan, termasuk hidrogen akan didorong sebagai sumber energi. Adapun hingga tahun 2060 suplai listrik di Indonesia sepenuhnya akan didukung oleh energi baru terbarukan.
Indonesia membutuhkan kolaborasi dengan Siemens untuk mendukung pengembangan teknologi PLTS, smart grid, penyimpanan energi, teknologi pengembangan hidrogen, hingga kendaraan listrik.
Menteri Arifin juga menyampaikan apresiasi kepada Siemens dan menantikan partisipasi Siemens Energy dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
“Diharapkan Nota Kesepahaman antara Siemens dengan Pertamina Power dapat ditandatangani pada saat momentum G20 Energy Transition Ministerial Meeting di Bali pada September mendatang,” kata Agung.
Siemens Energy menyampaikan ketertarikannya untuk mendukung pengembangan di sektor energi di ibu kota baru Indonesia.
Siemens Energy sebelumnya memiliki pengalaman untuk pengembangan kota baru di Mesir, tidak hanya dalam hal pengembangan sektor energi khususnya energi terbarukan, namun juga pengembangan fasilitas pendidikan dan fasilitas bagi peningkatan kapasitas SDM pendukung.
Di kesempatan terpisah, pihak Jerman mengungkapkan keinginannya untuk kerja sama suplai batu bara dari Indonesia pada pertemuan antara Menteri Arifin dengan CEO Asosiasi Perusahaan Batubara di Jerman (VDKI) dan juga CEO HMS Bergbau AG, Lars Schernkau, bertempat di Hotel Palace Berlin.
“Pada pertemuan tersebut disampaikan bahwa 50 persen dari suplai batu bara Jerman berasal dari Rusia, dan dengan perkembangan situasi saat ini Jerman ingin mengembangkan kerja sama suplai batu bara dari Indonesia,” kata Agung.
Menteri Arifin juga meminta perusahaan batu bara di Jerman (VDKI) juga dapat berkoordinasi dengan asosiasi perusahaan serupa di kawasan Eropa, termasuk memastikan ketersediaan fasilitas pelabuhan, serta terms and conditions untuk kontrak tersebut. (DM06)