No menu items!

Uniknya Pameran Makanan Berbahan Jangkrik di Ajang THAIFEX – Anuga Asia 2022

Must Read

Pameran makanan minuman THAIFEX – Anuga Asia 2022 yang berlangsung di Bangkok, Thailand, kali ini menghadirkan produk makanan berbahan jangkrik. Mengingat Thailand termasuk salah satu negara yang menyediakan serangga seperti jangkrik untuk dikonsumsi.

Menariknya serangga jenis jangkrik itu sekarang sudah diolah menjadi aneka olahan makanan, sehingga orang-orang tidak perlu melihat lagi wujud asli jangkrik ketika menyantapnya.

Pada pameran makanan minuman yang diselenggarakan pertama kali di Thailand itu, menghadirkan aneka bahan makanan olahan dari jangkrik seperti tepung atau bubuk yang bisa ditambahkan ke dalam berbagai makanan seperti produk roti, sup, minuman, dan protein bar.

Selain itu, dari jangkrik juga bisa dijadikan sebagai salah satu bahan dalam produk kecantikan.

“Anda bisa coba dalam bentuk produk jadi seperti protein bar. Anda tak perlu melihat langsung wujud jangkrik karena kami menghindari menunjukkannya dalam gambar (di kemasan),” kata Chief Executive Officer Global Bugs Asia, Kanitsanan Thanthitiwat ketika ditemui di sela perhelatan pameran THAIFEX – Anuga Asia 2022, Bangkok, pada Kamis, 26 Mei 2022.

Untuk diketahui, jangkrik merupakan hewan yang memiliki kandungan protein lebih banyak dibandingkan dengan daging sapi, ayam dan babi.

Disebutkan dalam studi, bahwa beberapa spesies jangkrik mengandung sembilan asam amino esensial dalam proporsi yang ideal. Kemudian jangkrik bubuk mengandung sekitar 65,5 persen protein dan pada jangkrik dewasa terdapat 13,2-20,3 gram protein per 100 gram.

Dikutip dari Healthline, pada sebuah ulasan tahun 2020 menyebutkan bahwa tubuh dapat mencerna proporsi protein dari jangkrik dibanding dari telur, susu, atau daging sapi. Hal tersebut menunjukkan tubuh bisa mencerna protein jangkrik dengan lebih baik daripada sumber protein nabati.

Pada bagian tubuh jangkrik terdapat rangka luar yang keras dan mengandung kitin atau sejenis serat yang sulit dicerna. Angka kecernaan protein dari jangkrik akan meningkat secara dramatis ketika rangka tersebut dihilangkan.

Kandungan yang terdapat di jangkrik selain protein, ada juga nutrisi lain, seperti lemak, kalsium, kalium, zinc, magnesium, biotin, asam pantothenate dan zat besi.

Bahkan dalam satu studi ditemukan bahwa kandungan zat besi pada jangkrik bisa mencapai 180 persen lebih tinggi daripada daging sapi. Sedangkan kandungan kalsium dan vitamin B riboflavin yang ada di dalam jangkrik bisa lebih tinggi daripada produk daging lainnya seperti ayam, babi, dan sapi.

Jangkrik disebut juga sebagai sumber serat yang kaya. Kandungan serat jangkrik bisa mencapai 13,4 persen dalam porsi 100 gram. Hal ini disebutkan dalam sebuah studi. Kemudian jangkrik juga menyediakan lemak yang sebagian besar dalam bentuk asam lemak tak jenuh ganda. Di mana dalam studi telah menghubungkan ini dengan manfaat kesehatan, termasuk untuk memperbaiki terkait faktor risiko penyakit jantung.

Bahkan masyarakat di negara Afrika, Asia dan Amerika Latin juga menjadikan konsumsi serangga sebagai bagian budaya masyarakat di negara-negara tersebut. Sebanyak 2100 spesies serangga digunakan untuk dijadikan makanan dengan jangkrik menjadi sumber makanan serangga paling umum di seluruh dunia.

Namun Thanthitiwat mengatakan bahwa kebanyakan masyarakat di berbagai wilayah di dunia masih belum bisa menerima jika serangga dijadikan sebagai salah satu pilihan bahan pangan sumber alternatif. Bahkan pada penelitian menunjukkan, orang-orang di negara-negara Barat belum sepenuhnya nyaman memakan serangga karena masih memandang serangga sebagai hewan yang najis atau berpotensi membahayakan jika dikonsumsi.

Oleh karena itu, seiring waktu akhirnya orang-orang mulai menerima jangkrik untuk dikonsumsi. Perusahaan makanan pun menciptakan produk olahan makanan berbasis jangkrik dengan bentuk dan kemasan yang lebih menarik seperti bubuk dan protein bar.

“Semua orang takut (mencicipi jangkrik) tetapi bila Anda membuka pikiran dan paham ini sangat terkait dengan konsep keberlanjutan, hanya membutuhkan sedikit sumber daya untuk membuat 1 kg jangkrik, buka hatimu dan cobalah,” kata Thanthitiwat.

Bela seorang jurnalis dari Jakarta, Indonesia, salah satu yang ikut memberanikan diri
mencicipi hidangan jangkrik dalam wujud aslinya.

“Ini kali pertama saya mencoba, rasanya mirip seperti ikan teri. Renyah, saya suka,” kata Bela yang tertarik untuk membawa pulang hidangan jangkrik yang telah dibumbui rasa barbekyu tersebut.

Pada orang-orang yang memiliki riwayat alergi terhadap jenis kerang-kerangan dan tungau debu, perlu berhati-hati jika ingin mengkonsumsi jangkrik. Namun sayangnya penelitian di bidang ini masih kurang, bahkan para ilmuwan masih harus melakukan lebih banyak lagi studi guna memahami sepenuhnya potensi reaksi alergi terkait konsumsi serangga. Beberapa peneliti juga mengingatkan, serangga seperti jangkrik dapat bertindak sebagai pembawa patogen yang dapat menginfeksi manusia dan hewan.

Thanthitiwat menyampaikan bahwa produk jangkrik dalam bentuk bubuk ini sudah tersedia dan bisa dipesan melalui internet. Harganya sekitar 1300 Baht atau setara Rp555.190 per kg dan 250 baht atau 106.767 per 100 gram.

Kemudian mengenai ketersediaan produk jangkrik di Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim, Thanthitiwat mengatakan, sudah ada pembicaraan terkait ini dengan Duta Besar Indonesia untuk Bangkok. Menurut dia, produk ini halal bagi muslim.

“Duta Besar Indonesia sudah mengunjungi kami sebelum pandemi COVID-19 dan beliau berencana datang lagi dengan pebisnis asal Indonesia tahun ini, mungkin bulan depan dan beliau akan kembali ke negaranya, mencoba meyakinkan masyarakat Indonesia tentang konsumsi serangga, mungkin membawa jangkrik dari pulau Jawa,” ungkapnya. (DM06)

Latest News

Genjot Peningkatan Produksi Pangan Asal Ternak, Kementan Gandeng Pelaku Usaha

Dalam upaya peningkatan produksi pangan, khususnya pangan asal ternak untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan tujuan ekspor, Kementerian Pertanian...

More Articles Like This