PT Timah Tbk sebagai perusahaan tambang timah pelat merah, berupaya meningkatkan produksi timah dari kegiatan pertambangan laut atau offshore dengan menambah enam kapal isap melalui emiten dengan kode saham TINS.
“Tahun ini, kami menambah enam unit kapal isap dengan nilai investasi Rp60 miliar untuk satu kapal,” kata Direktur Utama Timah Achmad Ardianto saat jumpa pers di Jakarta, pada Rabu, 25 Mei 2022.
Jumlah kapal isap yang dimiliki TINS saat ini mencapai 50 unit. Kapal isap tersebut dipergunakan untuk memproduksi timah melalui tambang offshore. Setiap kapal isap memiliki kapasitas produksi sekitar 30 ton sebulan, dan ini tergantung pada ketebalan lapisan timah dan kedalaman.
Pada 2021, TINS mencatatkan angka produksi biji timah sebesar 24.670 ton Sn atau turun 38 persen dari tahun sebelumnya sebesar 39.757 ton Sn. Produksi itu terdiri dari 46 persen berasal dari penambangan darat dan 54 persen bersumber dari penambangan laut.
Kemudian sepanjang kuartal pertama 2022, produksi bijih timah turun 11 persen karena hanya menghasilkan sebanyak 4.508 ton. Padahal dibandingkan periode yang sama tahun lalu bisa mencapai sebesar 5.037 ton. Jumlah tersebut terdiri dari 35 persen atau 1.583 ton berasal dari penambangan darat, dan sisanya 65 persen atau 2.925 ton bersumber dari penambangan laut.
Menurut Achmad, akibat beberapa armada ada yang masuk ke gelanggang kapal, maka kinerja produksi perseroan ikut terpengaruh, sehingga terjadi penurunan produksi pada tahun lalu dan di kuartal pertama tahun ini. Namun Achmad optimis jika dengan penambahan kapal isap baru tersebut, maka PT. Timah Tbk bisa mengejar target produksi 33.000 ton.
Selanjutnya TINS akan melakukan peningkatan produksi bijih timah berbiaya rendah dari penambangan laut supaya bisa tetap mempertahankan profit margin yang optimal. (DM06)