Dalam rangka menghadapi masa transisi dari pandemi ke endemi sekaligus meningkatkan semangat persatuan, persaudaraan dan optimis masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sebanyak 28 perupa jalanan Kota Magelang, Jawa Tengah menggelar aksi mural dan graffiti dengan mengusung tema “Ayo Rukun”.
Kegiatan aksi mural yang didukung oleh Dewan Kesenian Kota Magelang tersebut, dilakukan di tembok samping dari Toko Buku Jaya di Jalan Pajajaran Kota Magelang, Jawa Tengah, pada Minggu, 22 Mei 2022. Nampak hadir pada kegiatan tersebut, sejumlah penyuka seni dan disaksikan sesaat oleh kolektor seni rupa Indonesia sekaligus pemilik museum seni rupa “Museum OHD” Kota Magelang Oei Hong Djien.
Selain itu, terdapat sejumlah warga yang melewati jalan di kawasan pusat pertokoan “Pecinan” Kota Magelang itu untuk menyaksikan aksi seniman ” street art “.
Ketua DKM Kota Magelang Muhammad Nafi menyebut seniman ” street art ” yang menggelar aksi mural tersebut sebagai perupa jalanan, yakni terdiri dari berbagai kalangan perupa jalanan dengan latar belakang pendidikan seni maupun seniman autodidak, baik perorangan atau dari beberapa kelompok seniman di daerah setempat.
Menurut Nafi, untuk memasuki kehidupan yang lebih baik setelah mengalami pandemi selama dua tahun, pentingnya untuk tetap menjaga semangat kerukunan berbagai kelompok masyarakat saat ini.
“Pesan ‘Ayo Rukun’ memperoleh momentum saat ini, ketika pandemi mulai melandai, dan aktivitas masyarakat yang mengarah kepada situasi normal,” katanya.
Nafi menambahkan, karya mural dan graffiti “Ayo Rukun”, bisa menjadi simbol bahwa pentingnya berbagai ketegangan dalam relasi dan koneksi antar warga, termasuk di kalangan para pelaku seni, dapat dikelola secara cerdas, bijaksana, dan inspiratif untuk mendorong kemajuan hidup bersama pasca pandemi.
“Kita semua perlu menemukan momentum sebagai wahana titik temu dari ketegangan- ketegangan yang muncul dalam dinamika masyarakat, baik ketegangan dampak dari isu-isu sosial politik yang bertebaran di media sosial maupun dampak pandemi COVID-19 yang masih sangat terasa hingga sekarang,” ujarnya.
Nafi menyebut bahwa kegiatan membuat karya mural-graffiti ini merupakan cara para seniman setempat memperingati Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei. Sekaligus sebagai wujud pemenuhan kebutuhan akan eksistensi diri dan komunitas, serta semangat berbagi, dan menaburkan inspirasi kebaikan secara kreatif kepada masyarakat luas.
“Dengan menggunakan nama jalanan dan ideologi masing-masing, menumpahkan ekspresinya melalui penampakan warna, objek, dan kata-kata dalam karyanya,” katanya.
Aksi mural-graffiti yang ditampilkan pada acara tersebut berupa simbol rukun antara tokoh Gatotkaca dengan Superman ditambah tulisan “Rukun” bersusun sembilan dengan huruf kapital, dan juga gambar beberapa orang dari beragam latar belakang yang berjajar. Semua tampilan mural tersebut cukup menarik perhatian banyak orang.
Bahkan, pada mural tersebut terdapat figur manusia pohon dilengkapi flora-fauna dan tulisan berbahasa Jawa “Ojo dadi kembang lambe tapi golek sedulur sing akeh wae” (Jangan menjadi bahan perbincangan tetapi mencari banyak saudara saja), serta sosok beriket yang terkesan lucu sambil membawa benda dengan tulisan di kaos “judeg (judek, red.) rukun” dan “Senenge mbandemi kancane”.
Saat menyaksikan kegiatan para seniman itu, pemilik “Museum OHD” Kota Magelang Oei Hong Djien menyampaikan sejarah “street art” dunia pada abad ke-20 yang awalnya dianggap menjadikan tampilan kota terkesan kotor hingga pada akhirnya mural bisa diterima masyarakat. Biasanya mural yang dibuat memuat sejumlah pesan penting dan aktual, serta memiliki nilai jual yang tinggi.
“Seperti tema ‘Ayo Rukun yang mereka buat ini, memiliki makna aktual penting saat ini dan juga untuk menghadapi kehidupan pada masa mendatang. Hidup rukun itu jalan mencapai kemajuan manusia,” ujarnya. (DM06)