Minyak palm oil (CPO) dari Indonesia ternyata diminati oleh Boeing, pabrikan pesawat terbang Amerika Serikat (AS), untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar pesawat terbarukan (biofuel).
Michael A. Arthur sebagai Senior Vice President Boeing, menyampaikan hal tersebut ketika bertemu dengan Menteri Perhubungan, Budi Karya di acara Changi Aviation Summit, pada Rabu, 18 Mei 2022.
“Mereka akan membentuk tim untuk mempelajari penggunaan CPO, bukan hanya yang segar, namun, juga yang sisa-sisa (jelantah) untuk digunakan sebagai bahan bakar,” kata Dirjen Perhubungan Udara, Novie Riyanto.
Novie mengatakan bahwa pabrikan mesin pesawat seperti General Electrics (GE) juga akan diikutsertakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Boeing.
Untuk diketahui, sebelumnya Indonesia telah melakukan uji coba penggunaan CPO untuk bahan bakar mesin pesawat, dengan menggunakan pesawat CN235. Saat itu, Biofuel yang dipakai sebanyak 10 persen, dan rencananya di waktu yang akan datang pemakaian biofuel semakin ditingkatkan.
Sementara itu, pabrikan pesawat seperti Boeing dan Airbus saat ini sedang meneliti CPO atau sisa minyak goreng yang akan digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbarukan atau biofuel.
Bahkan Boeing telah menyatakan komitmennya untuk menggunakan 100 persen bahan bakar pesawat terbarukan pada 2030 nanti.
Beberapa uji coba telah dilakukan, antara lain pada 2009 bersama maskapai Air New Zealand, dengan mesin CFM pesawat B747.
Sejumlah pelaku industri penerbangan juga telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebanyak 50 persen (dari level emisi 2005) pada 2050 nanti. Untuk itu sebelum 2050, pesawat-pesawat buatan pabrikan diharapkan bisa terbang 100 persen menggunakan biofuel.
Berdasarkan penelitian dari US Department of Energy, penggunaan bahan bakar terbarukan (biofuel) ternyata bisa mengurangi emisi karbon CO2 hingga 80 persen, dan berpotensi mencapai 100 persen di masa depan.
Namun di sisi lain, Eropa menilai biofuel tidak ramah lingkungan. Mengingat jika kebutuhan akan biofuel semakin meningkat, maka dikhawatirkan akan terjadi banyak deforestasi, pengalihan fungsi hutan menjadi kebun sawit.
Menanggapi isu tersebut, Dirjen Hubud Novie Riyanto mengatakan pihaknya akan terus menjalin komunikasi dengan Eropa, untuk meyakinkan bahwa pemerintah Indonesia telah mengambil langkah mitigasi yang baik.
“Contohnya penanaman satu miliar mangrove, kami juga mengganti lahan sawit dengan hutan-hutan baru,” kata Novie. (DM06)