No menu items!

Waspada ! Ini Dampak Game Online Bagi Remaja

Must Read

Menurut psikolog klinis Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Nanda Rossalia, M.Psi, mengatakan dalam webinar Remaja dan Gawai yang diselenggarakan oleh Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB), pada Sabtu, 14 Mei 2022, bahwa dampak dari seorang remaja yang bermain online game, setidaknya ada beberapa hal yang didapatkan, salah satunya dalam hal berkompetisi.

“Alasan remaja bermain game untuk menunjukkan kompetensi mereka. Balik lagi ke identitas. Menangin permainan, saya tangguh dan kompeten. Berbeda dengan di dunia nyata, nilai saya jelek. Sesuai karakteristik remaja, dia mau untuk building karena ini nanti berguna untuk confident-nya,” kata Nanda.

Kaum remaja biasanya merasa senang jika bisa mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dan diimpikan. Seperti halnya yang berkaitan dengan otonomi ternyata disukai remaja, dan itu bisa didapatkan dari bermain online game. Walaupun para remaja tersebut, mungkin tidak mendapatkannya di dunia nyata.

Nanda melanjutkan dengan bermain online game, akan memberi kesempatan dan kebebasan pada remaja untuk memilih dan mengambil sebuah keputusan atau tindakan. Selain itu, online game juga mampu mengisi kebutuhan untuk berinteraksi, terhubung dan memperoleh perhatian dari orang lain. Hal  ini mungkin tidak didapatkan remaja di dunia nyata.

Tiga kebutuhan dasar yang didapatkan oleh remaja saat bermain online game tersebut, jadi membuat mereka nyaman dan merasa  asyik di dalamnya. Sementara para remaja justru merasa tak mendapatkannya ketika di dunia nyata.

“Karena online game mampu memberikan kebutuhan dasar, sehingga tidak heran kalau remaja larut. ‘Di sinilah saya diterima. Inilah kompetensi saya’. (online game) ini bisa memberikan rasa nyaman dan teman,” ujar Nanda.

Kemudian terkait hal seorang gamer akan kecanduan bermain online game. Nanda mengatakan, bahwa hal ini berhubungan dengan faktor kerentanan. Biasanya jika terjadi kecanduan karena  orang tersebut memang rentan.  Hal ini dialami oleh mereka yang memiliki rasa percaya diri rendah dan kurangnya kemampuan diri untuk mengontrol tindakan.

Untuk mengetahui perilaku kecanduan bermain game, perlu adanya diagnosis. Untuk itu kebutuhan terhadap kuesioner perilaku kecanduan bermain game pun disusun  berdasarkan lima faktor antara lain preokupasi, mood, toleransi, konflik dan pembatasan waktu. Beberapa pertanyan dalam kuesioner tersebut misalnya, “Apakah Anda pernah mengabaikan kebutuhan dasar seperti makan dan tidur karena online game” atau “Apakah Anda pernah gagal mencoba membatasi waktu bermain online game?”.

“Tidak pasti kita melihat setiap gamer itu kecanduan. Kita memiliki suatu tools dan memberikan asesmen untuk mengatakan anak ini kecanduan,” ucap Nanda.

Nanda menyarankan langkah yang sebaiknya orang tua atau anggota keluarga lakukan pada remaja yang ternyata sudah kecanduan online game antara lain membuat sebuah program yang bisa dilakukan bersama-sama seperti diadakannya kegiatan yang konsisten di dalam ruang lingkup sekolah misalnya berolahraga bersama atau menstimulasi siswa untuk mengembangkan hobi baru.

Langkah selanjutnya, orang tua dapat memberikan edukasi berupa pemahaman resiko yang terjadi, apabila bermain online game secara berlebihan. Nanda mengedepankan pentingnya pembahasaan yang berbeda dari biasanya.

“Pembahasaan kita dalam melakukan promotive behaviour itu harus berbeda dari biasanya. Jadi tidak lagi konvensional. Misalnya menggunakan film, animasi. Penyampaiannya melalui komunikasi. Orang tua secara aktif dan pasif memonitor kegiatan anak saat bermain online game. Ini meningkatkan keterlibatan orang tua,” jelas Nanda.(DM06)

Latest News

Genjot Peningkatan Produksi Pangan Asal Ternak, Kementan Gandeng Pelaku Usaha

Dalam upaya peningkatan produksi pangan, khususnya pangan asal ternak untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan tujuan ekspor, Kementerian Pertanian...

More Articles Like This