No menu items!

Pakar Kuliner William Wongso Istilah Budaya Kuliner Lebih Efektif

Must Read

Sudah lebih dari 20 tahun melakukan promosi kuliner Indonesia di luar negeri, pakar kuliner William Wongso mengatakan bahwa penggunaan istilah promosi kuliner Indonesia dinilai tidak terlalu efektif. Menurutnya lebih efektif jika menggunakan istilah budaya kuliner.

Pernyataan ini disampaikan oleh William Wongso di saat peluncuran Indonesia’s Geographical Indication Show (IGIS) 2022 secara daring, pada hari Jumat, 13 Mei 2022.

“20 tahun saya lakukan promosi kuliner Indonesia di mancanegara, awalnya selalu pada istilah promosi kuliner Indonesia, itu tidak terlalu efektif. Sekarang kita sudah mulai sadar, bukan bentuk promosi kuliner tapi kita memperkenalkan culinary culture atau budaya kuliner,” ujar Wongso.

Melalui program Indonesia’s Geographical Indication Show (IGIS) 2022, diharapkan menjadi salah satu upaya dari pemerintah terhadap pengenalan budaya kuliner termasuk keunikan, kualitas dan reputasi produk yang dihasilkan saat ini.

IGIS 2022 bertujuan mengeksplorasi keunikan yang menjadi ciri khas setiap Indikasi Geografis, ditampilkan dalam bentuk video dokumenter, cooking show, resep olahan produk indikasi geografis, side talk show, dan webinar.

Salah satu tujuan program yang dilakukan melalui pendekatan jurnal kuliner ini, yakni mengajak seluruh pihak, termasuk antara lain pemilik modal, eksportir, potential buyer, asosiasi, komunitas, pecinta kuliner, praktisi kuliner, penggiat usaha, pemangku kebijakan, hingga masyarakat umum, agar bisa meningkatkan dukungannya terhadap upaya pemberdayaan masyarakat, peningkatan daya saing, dan penguatan posisi Indonesia melalui keaslian dan kualitas produk yang premium.

Pada IGIS 2022 disebutkan terdapat sepuluh produk unggulan Indikasi Geografis Indonesia yang dihadirkan antara lain Beras Adan Krayan, Garam Bali Amed, Lada Luwu Timur, Kopi Arabika Gayo, Kayu Manis Koerintji, Gula Kelapa Kulonprogo Jogja, Teh Java Preanger, Lada Putih Muntok, Cengkih Minahasa dan Pala Siaw.

William berpendapat, bahwa Indonesia membutuhkan sejumlah program yang dapat memperkenalkan kuliner khususnya rempah-rempah berkualitas dengan sertifikasi Indikasi Geografis atau GI supaya produk-produk itu bisa memperoleh nilai ekonomis yang tinggi.

“Dampak GI akan meningkatkan penghasilan petani rempah-rempah. ini sudah terjadi di bidang perkopian. Dulu petani kopi asal kuantitas sekarang sudah menuju kualitas karena kesadaran konsumen untuk menikmati kopi berkualitas, sangat tinggi,” tuturnya.

William Wongso berharap agar masyarakat Indonesia bisa diperkenalkan dengan program-program semacam ini. Pengenalan bisa dimulai dari level sekolah menengah kejuruan.

“Saya ingin ke depannya, program-program memperkenalkan rempah-rempah berkualitas dengan sertifikasi GI harus dilakukan mulai dari level sekolah menengah kejuruan sampe ke atas agar tidak ada lagi masyarakat pesan lada putih atau hitam, tapi dengan embel-embel,” katanya.

Hal lain yang dibicarakan adalah mengenai rempah dan bumbu. Menurut William, berbeda antara keduanya. Jika rempah merupakan komoditi, maka bumbu berupa pasta atau bahan segar yang dihaluskan dan ditumis dengan minyak hingga menjadi satu produk konsentrat untuk digunakan sesuai dengan budaya kuliner di setiap daerah. (DM06)

Latest News

Genjot Peningkatan Produksi Pangan Asal Ternak, Kementan Gandeng Pelaku Usaha

Dalam upaya peningkatan produksi pangan, khususnya pangan asal ternak untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan tujuan ekspor, Kementerian Pertanian...

More Articles Like This