Pembukaan lapangan kerja di sektor Parekraf dipengaruhi oleh bergeliatnya industri perhotelan serta penyelenggaraan event besar.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) menargetkan pembukaan lapangan kerja di sektor Parekraf untuk 1,1 juta orang pada tahun ini. Salah satunya dengan memanfaatkan ajang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno menargetkan sektor pariwisata dapat membuka lapangan kerja sebanyak 400.000 orang. Sementara sektor ekonomi kreatif ditargetkan dapat menyerap sekitar 700.000 orang tenaga kerja.
“Hotel-hotel mulai melakukan penerimaan karyawan kembali serta melakukan retraining, dan event-event besar seperti festival membuka lapangan kerja di MICE dan ekonomi kreatif. Andil kami 1,1 juta lapangan kerja baru,” kata Sandiaga dalam konferensi pres virtual, Senin (9/5).
Sandiaga mengatakan akan mendorong pelaku parekraf di dalam negeri untuk menggenjot industri Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran atau MICE. Ajang konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 merupakan momentum yang tepat untuk mendorong industri tersebut.
Menurut Sandiaga, salah satu negara yang dapat dijadikan patokan dalam Industri MICE adalah Singapura. Industri MICE di Singapura kini telah dapat menyaingi industri serupa di Hong Kong.
“Ini yang akan kami lakukan di kota-kota besar di Indonesia, bukan hanya di Jakarta dan Bali,” ujar Sandiaga.
Di samping itu, sektor kuliner akan menjadi lokomotif pembukaan lapangan kerja di industri ekonomi kreatif. Sandiaga menargetkan sektor kuliner dapat menyerap lebih dari 350.000 tenaga kerja pada tahun ini.
Sementara itu, sektor fashion akan berkontribusi sekitar 18% dari target pembukaan lapangan kerja industri ekonomi kreatif atau sebanyak 126.000 orang. Adapun, sektor kriya diramalkan akan menyerap 98.000 tenaga kerja pada tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 5,83% pada Februari 2022. Penurunan ini setara dengan sekitar 350,000 tenaga kerja. Namun, tingkat pengangguran terbuka ini masih lebih tinggi 0,89 poin dari level yang terlihat pada Februari tahun 2019, atau setahun sebelum pandemi Covid-19.
“Pada aspek ketenagakerjaan, bisa disimpulkan, meskipun ada perbaikan dibandingkan tahun lalu, tapi kondisi ketenagakerjaan di Indonesia belum sepenuhnya pulih seperti sebelum pandemi Covid-19 karena jumlah penduduk usia kerja yang terdampak pandemi Covid-19 masih cukup besar,” kata Kepala BPS Margo Yuwono.
Kebutuhan tenaga kerja di sektor pariwisata, khususnya perhotelan, diproyeksikan mengalami penurunan dalam beberapa tahun mendatang. Menurut laporan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), jumlah tenaga kerja di sektor perhotelan Indonesia mencapai 9,17 juta orang pada 2021.
Kemudian jumlah kebutuhan tenaga kerjanya diperkirakan terus menurun selama periode 2022-2024, dan meningkat tipis pada tahun 2025 di kisaran 8,6 juta orang. Kemnaker memproyeksikan penurunan ini akan terjadi pada jenis pekerjaan di level bawah, seperti petugas kebersihan dengan jabatan room attendant, room maid, dan steward, pelayan atau waiter, serta petugas penyambut tamu atau front office attendant.
Meskipun proyeksi kebutuhannya menurun, jumlah pekerja di bidang-bidang tersebut diperkirakan masih cukup besar dibanding jenis pekerjaan lainnya.
“Hal ini diduga karena industri perhotelan adalah industri yang berdasarkan pada pelayanan, sehingga unsur sumber daya manusia (SDM) masih sangat berperan,” tulis Kemnaker dalam laporannya.
Di sisi lain, ada juga pekerjaan di sektor perhotelan yang kebutuhannya diproyeksikan meningkat, yaitu public area attendant, bartender, busboy/runner, concierge, dan guest relation officer. (DM05)