No menu items!

Pasar Tradisional Bandung Uji Coba Kurangi Sampah Plastik, Terbukti Hingga 19 %

Must Read

Selama ini berdasarkan hasil survey, pasar tradisional di Indonesia adalah salah satu penghasil sampah plastik terbesar. Sehingga untuk mengurangi sampah plastik, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) berkolaborasi dengan pemerintah kota setempat melakukan uji coba Pasar Bebas Plastik.

Kegiatan ini tujuannya adalah mendukung Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Sejak dimulai pada Februari 2021, uji coba pasar percontohan bebas plastik di Pasar Kosambi dan di Cihapit, Bandung ternyata bisa mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai sebanyak 11 persen dan 19 persen.

Sedangkan di Pasar Pekauman dan Pandu di Banjarmasin terjadi penurunan pemakaian plastik sekali pakai sekitar 18 persen dan 27 persen.

Kepala Sub Direktorat Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah Kementerian LHK Ujang Solihin Sodik mengatakan, ” uji coba Pasar Bebas Plastik di Bandung dan Banjarmasin berhasil mematahkan stigma bahwa pembeli dan pedagang pasar tradisional masih sulit melepas ketergantungan pada plastik sekali pakai “.

“Saya harap hasil positif dari program ini menginspirasi pasar tradisional lain untuk segera membebaskan diri dari plastik dan menyukseskan Indonesia Bersih Sampah 2025,” ujar Ujang dikutip dari siaran pers, Selasa.

Program uji coba Pasar Bebas Plastik saat ini difokuskan pada pasar tradisional atau pasar rakyat.

Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh GIDKP bahwa salah satu sumber penghasil sampah plastik terbesar di Indonesia adalah pasar rakyat. Sebanyak 416 juta lembar kantong plastik dalam satu tahun dihasilkan oleh pasar rakyat atau sekitar 45 persen dari keseluruhan sumber kantong plastik.

Menurut Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Tiza Mafira, hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pedagang yang ada di pasar tradisional tersebut dan memiliki kios secara perorangan. Sehingga sistem inventorinya juga tidak tersentralisasi akibatnya pembeli masih dapat meminta penggunaan plastik rangkap.

“Strategi yang kami lakukan adalah mendekati pedagang agar perubahan perilaku yang diprakarsai pedagang dapat menekan pemberian kantong plastik,” ucap Tiza.

Selanjutnya Tiza berharap pentingnya lebih banyak dukungan untuk memastikan agar pencapaian di keempat pasar tersebut dapat berlanjut.

“Uji coba ini telah membuktikan bahwa mengurangi sampah plastik di pasar tradisional itu sangat mungkin terjadi. Pekerjaan rumah kita masih banyak karena di Indonesia terdapat lebih dari 16.000 unit pasar tradisional. Dengan dukungan, regulasi dan pengawasan yang baik, mari kita bersama mewujudkan Pasar Bebas Plastik,” ujar Tiza.(DM06)

Latest News

Genjot Peningkatan Produksi Pangan Asal Ternak, Kementan Gandeng Pelaku Usaha

Dalam upaya peningkatan produksi pangan, khususnya pangan asal ternak untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan tujuan ekspor, Kementerian Pertanian...

More Articles Like This