Belum lama ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberikan sinyal jika tarif listrik akan naik dalam waktu dekat. Hal tersebut diklaim untuk menghemat kompensasi dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) sebesar 7 triliun dan 16 triliun.
Kenaikan tersebut terjadi karena beban Negara dalam memberikan subsidi untuk sistem kelistrikan memang sangat besar, bahkan hampir 2 kali lipat dari asumsi makro pada APBN tahun 2022, sehingga beban pemerintah dalam memberikan subsidi juga meningkat.
Dalam jangka pendek, rencana penerapan tarif Adjustment 2022 diambil agar bisa mengurangi tekanan APBN disektor ketenagalistrikan, yakni bisa menghemat anggaran kompensasi sebesar Rp 7 triliun hingga Rp 16 triliun.
Hal tersebut disampaikan dalam rapat dengar pendapat dengan komisi VII DPR RI. dalam agenda tersebut Menteri energi dan sumber daya mineral juga memberi sinyal terkait kenaikan harga bahan bakar minyak BBM jenis Pertalite ditengah naiknya harga minyak mentah dunia diatas USD 100 per Barel.
Pemerintah akan melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi dengan tingkat keekonomian dan penyesuaian harga BBM non subsidi untuk kalangan menegah ke atas, yakni penyesuaian harga pertalite, minyak solar dan mempercepat bahan bakar pengganti.
Menanggapi rencana kenaikan tarif listrik hingga pertalite, pemerintah menjamin tidak akan dilakukan secara bersamaan tapi secara bertahap.
Tentunya kebijakan penyesuaian harga ini merupakan bagian dari efisien pemerintah karena imbas dari kenaikan sejumlah komoditas.
Tidak bisa dipungkiri memang rencana pemerintah menyesuaikan harga tarif listrik demi mengurangi beban terhadap APBN tersebut, akan membawa dampak bagi masyarakat, diantaranya harus bersiap menyisihkan pengeluaran hidup lebih besar lagi. (DM06)