No menu items!

Si Emas Hitam Yang Kini Banyak Di Cari, Harganya Makin Meroket

Must Read

Saat ini dunia sedang mengalami krisis energi, sehingga permintaan akan bahan bakar meningkat termasuk batubara, yang dikenal dengan sebutan emas hitam. Ketergantungan dunia terhadap sumber energi yang tak terbarukan seperti minyak bumi, batubara dan gas, membuat negara-negara dunia mulai mencari energi alternatif yang terbarukan.

Meskipun demikian, saat ini batubara bersama kelapa sawit menjadi primadona sumber energi negara-negara di dunia, harganya sekarang melejit. Batubara memang menjadi pilihan sejak dulu karena relatif lebih murah dibanding minyak bumi dan gas. Kelapa sawit menjadi incaran karena sebagai sumber energi alternatif yang terbarukan.

Harga batubara yang bukan membara lagi tetapi meroket, juga dipicu invasi Rusia ke Ukraina, yang memicu negara pengimpor batubara bereaksi terhadap Rusia sebagai negara penghasil batubara. Ketidakstabilan ini membuat harga menjadi naik, yang sebenarnya menjadi peluang bagus untuk Indonesia yang juga penghasil batubara.

Batubara yang disebut-sebut sebagai emas hitam adalah salah satu bahan bakar dari fosil tumbuhan yang mengendap jutaan tahun lalu di bumi, jadi berupa batuan sedimen (endapan), bersifat dapat terbakar dengan komposisi karbon lebih dari 50%. Kandungan karbon yang tinggi ini menjadi dilema karena menyebabkan polusi.

Menurut situs Fakultas Teknik UGM (Universitas Gajah Mada), batubara digunakan sebagai bahan bakar hampir 40% pembangkit listrik di seluruh dunia. Juga digunakan sebagai bahan bakar industri baja, semen, alumina, pabrik kertas, industry kimia, farmasi. Produk sampingan batubara adalah aspirin, sabun, zat pelarut, pewarna, plastic, fiber.

Konsumsi batubara di Indonesia sebagai pembangkit listrik pada tahun 2006 mencapai 56 juta ton dan diproyeksikan pada tahun 2025 sebesar 123,2 juta ton. Indonesia memiliki batubara 149,009 milyar ton dan cadangan 37,04 milyar ton (Badan Geologi, 2018). Ini menunjukkan cadangan batubara Indonesia cukup banyak. Proporsi pasokan energi nasional pada 2025 adalah minyak (20%), gas (30%), batubara (33%), energi baru/terbarukan (17%).

Di Indonesia produksi batubara 2022 ditargetkan mencapai 663 juta ton, naik 7,9% dari pencapaian 2021 sebesar 614 juta ton. Tingginya produksi akan mengimbangi permintaan yang diperkirakan tumbuh akibat pemulihan ekonomi pasca pandemi. Analis industri memperkirakan target tersebut tidak akan dicapai meskipun harga batubara sedang melonjak.

Memang kenaikan harga berpengaruh pada pemerintah dan pengusaha batubara. Pemerintah akan menerima kenaikan penerimaan negara, demikian juga dengan pengusaha batubara.

Akan tetapi asosiasi penambang batubara Indonesia dibayangi ketidakpastian yang sangat tinggi untuk meningkatkan produksi, jadi produksi masih begitu-begitu saja. Bisa jadi lebih tinggi dari tahun sebelumnya, tapi masih belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah.

Dari jumlah produksi tersebut pemerintah menetapkan 165,7 juta ton untuk kebutuhan dalam negeri, naik dari sebelumnya yang hanya 133 juta ton. Kebijakan larangan ekspor sempat diberlakukan di awal tahun 2022 karena pasokan domestic sempat krisis, meskipun kemudian diperlonggar. (DM06)

Latest News

Genjot Peningkatan Produksi Pangan Asal Ternak, Kementan Gandeng Pelaku Usaha

Dalam upaya peningkatan produksi pangan, khususnya pangan asal ternak untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan tujuan ekspor, Kementerian Pertanian...

More Articles Like This