No menu items!

Subsidi BBM dan LPG Menjangkau Daya Beli Masyarakat

Must Read

Di tengah kenaikan harga sejumlah barang dan produk akhir-akhir ini, rencananya pemerintah akan memberikan subsisdi untuk produk bahan bakar solar dan Pertalite serta LPG, alasannya karena itu sangat dibutuhkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Menurut pengamat energi yang juga Direktur Ekssekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, saat ditemui di Jakarta, menyebut harga jual solar , pertalite dan LPG merupakan kewenangan pemerintah. Sedangkan untuk kenaikan harga pertalite dilakukan dengan hati-hati , mengingat volume pertalite yang cukup besar.

Saat ini harga jual Solar, Pertalite dan LPG 3 kg yang disubsidi pemerintah masih di bawah harga keekonomian. Setiap negara memiliki harga keekonomian yang berbeda karena tergantung pada biaya pengolahan, biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin usaha, dan pajak BBM pada masing-masing negara, penjelasan itu disampaikan tegas oleh Komaidi.

Harga keekonomian BBM adalah harga jual yang telah mengakomodasi semua variabel pembentuk harga, seperti biaya bahan baku, biaya pengolahan, biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin usaha, dan pajak.

Komaidi mengatakan “Kenapa, misalnya, harga BBM di Malaysia lebih murah dibandingkan Indonesia, karena subsidi yang diberikan pemerintah terhadap warganya juga berbeda,” .
Pemrintah memberikan subsidi untuk solar sebesar Rp7.800 per liter dari harga beli masyarakat sebesar Rp5.150 per liter, subsidi Pertalite Rp4.000-Rp4.500 per liter dari harga yang diterima konsumen Rp7.650 per liter.

Sedangkan subsidi LPG 3 kg sebesar Rp12.450 per kg atau Rp33.750 per tabung dari harga yang diterima konsumen sebesar Rp20 ribuan per tabung.

Perbandingan harga bbm Indonesia dengan Malaysia juga berbeda, di Indonesia harga bbm tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia karena Malaysia memberlakukan kebijakan subsidi untuk BBM yang dijual di dalam negeri mereka.

Tapi dibanding dengan negara regional seperti Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Kamboja, Indonesia tercatat menjual dengan harga yang lebih murah. “Untuk RON 95, Malaysia menetapkan Rp6.965 per liter. Indonesia setara Rp16.500, lebih murah ketimbang Singapura Rp30.208, Thailand Rp19.767 per liter, Filipina Rp20.828 per liter, Vietnam Rp18.647 per liter, dan Kamboja Rp20.521 per liter,” kata Komaidi.

Harga BBM di Indonesia berdasarkan penggunaan rujukan Permen ESDM No.20/2021 tentang Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Harga BBM RON 92 (jenis BBM umum) dihitung menggunakan formula biaya perolehan (bahan baku & pengolahan) + biaya distribusi + biaya penyimpanan + margin usaha + PPN + PBBKB. Sehingga harga keekonomian BBM RON 92 saat ini berada pada kisaran Rp15.000 – Rp17.000 per liter.

Setelah hampir tiga tahun lamanya tidak mengalami penyesuaian, akhirnya Pertamina menetapkan harga jual BBM RON 92 atau Pertamax per 1 April 2022 sebesar Rp12.500.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan ini adalah harga minyak mentah dunia dan kurs dolar AS terhadap mata uang rupiah serta daya beli masyarakat.

Kenaikan ini sudah dilakukan oleh beberapa pesaing Pertamina pada pertengahan pekan ini . Jika Pertamax adalah satu-satunya BBM RON 92 paling murah harganya, maka Vivo menaikkan Revvo 92 (RON) 92 menjadi Rp12.900 dan BP 92 (RON 92) yang dijual di SPBU BP-AKR Rp12.990. Adapun V-Power (RON 92) Shell dijual Rp16.500 per liter.

Sementara itu Hans Kwee, analis komoditas sekaligus Direktur Ekuator Swarna Investama menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM dan LPG adalah hal wajar, karena menurutnya karena kedua komoditas tersebut mengalami gangguan pasokan akibat geopolitik global. Akibat perang Ukraina, sehingga negara-negara anggota NATO harus mencari sumber pemasok gas dan minyak bumi yang lain , karena negara –negara tersebut sudah mengurangi pembeliannya dari Rusia.

Keputusan untuk tidak menaikkan harga solar, Pertalite dan LPG oleh pemerintah dan Pertamina diapresiasi oleh Hans, karena menurutnya masyarakat sangat membutuhkan ketiga komoditas tersebut untuk kebutuhan sehari-hari, dan juga dipakai untuk transportasi publik dan barang dan jasa.
“Bila tiga komponen ini naik, inflasi akan naik tinggi dan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah akan sangat terganggu,” ujarnya. (DM06)

Latest News

Genjot Peningkatan Produksi Pangan Asal Ternak, Kementan Gandeng Pelaku Usaha

Dalam upaya peningkatan produksi pangan, khususnya pangan asal ternak untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan tujuan ekspor, Kementerian Pertanian...

More Articles Like This