No menu items!

Gandeng Universitas Trisakti, Nusantara Greenomic Initiative Tanam Nyamplung di Jutaan Hektar Lahan Kritis

Must Read

Nusantara Greenomic Initiative (NGI) menyiapkan program besar mengatasi perubahan iklim dan mendorong green economic (ekonomi hijau) di Indonesia. Menggandeng Universitas Trisakti, NGI menggelar penanaman jutaan hektar lahan kritis di Indonesia dengan tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum).

“Ada sekitar 14 juta hektar lahan kritis di Indonesia yang bisa kami tanami dengan pohon Nyamplung. Kami melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak antara lain Universitas Trisakti,” ujar Ir. Benny Nugroho, M. Kom, CTO PT Nawastra Teknologi Nimpuna (NTN), Selasa (15/2/2022) di Jakarta.

Benny mengatakan hal itu saat acara webinar “Climate Change and Sustainbility Action” yang dibuka oleh Rektor Universitas Trisakti, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA. Selain Benny, sebagai nara sumber adalah Ir. Yusfandri Gona, MH (Founder of Indonesia Green Carbon Initiative Foundation) dan Dr. Ir. Ahmad Zuhdi, M Kom. (Wakil Dekan FTI – Universitas Trisakti) dan Moderator Emilia Sari, MSc. PHd.

Selain Benny Nugroho (NTN), yang menjadi founder dan inisiator NGI adalah Green Waqf dan datacore.id. NGI didasari keinginan untuk merespon dampak perubahan iklim dalam tata perekonomian baru yang tengah terjadi. Selain itu melalui program Jakarta Green Project, NGI bertujuan meredam banjir Jakarta.

Menurut Zuhdi, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan launching program NGI ini dengan melakukan penanaman pohon Nyamplung di areal lahan milik Yayasan Universitas Trisakti di Nagrak, Bogor. Pada lahan yang berlokasi tidak jauh dari Cibubur itu akan ditanam pohon Nyamplung menandai pelaksanaan program NGI.

“Setelah launching di Nagrak, akan disusul dengan program Jakarta Greenomic Project. Ini kegiatan penanaman pohon Nyamplung di areal kritis sekitar Jabodetabek yang melibatkan banyak pihak guna meredam air tidak meluncur ke pemukiman di Jakarta. Berbagai pemangku kepentingan akan dilibatkan dalam program ini,” papar Zuhdi.

Benny mengungkapkan pohon Nyamplung atau dikenal juga dengan nama Tamanu menjadi pilihan dengan alasan memiliki sejumlah keunggulan nilai ekonomis. Selain menghasilkan minyak Nyamplung yang bisa menjadi bahan baku biofuel, bijinya juga bisa diolah sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetik yaitu anti aging.

“Selain itu Nyamplung juga memiliki akar tunjang yang kuat tumbuh di tanah kritis serta tidak membutuhkan perawatan yang rumit. Setelah mulai berbuah umur empat tahun, tanaman ini akan berbuah terus hingga mampu bertahan hidup sampai 35 tahun lagi. Bahkan cangkang bijihnya memiliki nilai kalori tinggi yang bisa menjadi sumber bahan bakar pembangkit listrik,” ujar Benny

Sementara itu Rektor Universitas Trisakti Prof. Kadarsah menyambut baik dan mendukung program ini. Menurut dia, inisiatif meredam dampak perubahan iklim menjadi tanggung jawab semua pihak. Sebab, kekayaan alam maupun atmosfer bukanlah anugerah, namun titipan dan pinjaman untuk generasi yang akan datang.

“Demikian pula, atmosfer yang kita hirup saat ini, bukan hanya anugerah kita saat ini. Namun pinjaman anak cucu kita masa mendatang. Dan kita harus kembalikan dan tinggalkan kepada mereka dalam kondisi yang baik,” ujar Prof. Kadarsah.

Sedang Yusfandri mengingatkan bahwa dampak perubahan iklim adalah hal nyata yang sudah terjadi. Bukan hoax. Implikasi perubahan iklim antara lain terjadi perdagangan karbon. Dia mengingatkan agar green carbon Indonesia tidak ‘diambil’ keuntungan ekonominya oleh negara lain. Sehingga perlu memiliki strategi dan target yang jelas.

“Cegah tangkal sedini mungkin agar green carbon (merah putih heritage) tidak di kavling di metaverse atau negara lain. Jangan terulang lagi seperti kekayaan mineral dan migas yang jatuh ditangan asing atau negara lain. Indonesia harus bisa mendapatkan nilai ekonomi green carbon dalam perubahan iklim,” ujar Yusfandri.(DM04)

Latest News

Genjot Peningkatan Produksi Pangan Asal Ternak, Kementan Gandeng Pelaku Usaha

Dalam upaya peningkatan produksi pangan, khususnya pangan asal ternak untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan tujuan ekspor, Kementerian Pertanian...

More Articles Like This