Pandemi justru menjadi titik balik Holding BUMN Perkebunan Nusantara atau PT PTPN III (Persero). Jika dua tahun sebelumnya menderita kerugian, pada semester I tahun ini mencatatkan laba bersih perusahaan meroket 227% atau mencapai Rp 1,45 triliun.
“Kinerja keuangan ini didukung oleh beberapa aspek antara lain restrukturisasi, peningkatan produksi dan produktivitas, serta peningkatan nilai tambah produk melalui hilirisasi,” ujar Muhammad Abdul Ghani Bos Holding BUMN Perkebunan Nusantara yang juga Dirut PTPN III dalam program Squawk Box bersama Aline Wiraatmadja, CNBC Indonesia, Kamis (16/9/2021).

Dalam keterangan resmi pada Kamis (26/8/2021), laba bersih PTPN III naik 227,8% senilai Rp 1,45 triliun atau naik 2 kali lipat lebih dari tahun lalu yang sebelumnya rugi sebesar Rp 1,1 triliun (year on year/yoy)
Menurut Abdul Ghani di tengah pandemi Covid-19, perusahaan memperlihatkan tren kinerja positif melalui pelaksanaan operational excellence, back to basic, serta penekanan pada culture planters. Capaian itu antara lain didukung oleh meningkatnya produksi CPO (minyak sawit mentah) 19% di atas tahun lalu dan penurunan beban biaya produksi sebesar 14% dari tahun lalu.
Selain laba, pendapatan PTPN tumbuh 36,37% mencapai Rp 21,26 triliun atau naik 36,37% (yoy) di atas pencapaian tahun lalu. Selain itu perseroan sudah menyelesaikan restrukturisasi utang senilai Rp 41 triliun, dan meluncurkan produk ritel, Nusakita.
Pada kesempatan tersebut Abdul Ghani mengungkapkan kendati mulai pulih dan mencatat laba, ternyata masih banyak anak usaha yang PTPN yang masih mengalami beban secara finansial.
“Beban finansial juga beragam, PTPN yang sehat itu hanya PTPN 3, PTPN 4, dan PTPN 5, lainnya punya persoalan finansial masing-masing,” jelas dia.
Ghani bercerita banyak persoalan dalam pembentukan Holding BUMN Perkebunan ini, terutama persoalan sinergitas. Dia merinci persoalan itu antara lain masalah keragaman, operasional hingga kekuatan finansial masing-masing perusahaan. Belum lagi ketika holding terbentuk ada keterbatasan manajemen sehingga belum mampu merealisasikan tujuan holding.
Dia mencontohkan permasalahan ada pada tata Kelola yang belum terdefinisi dengan jelas, sehingga masing-masing PTPN jalan sendiri-sendiri.
“Sekarang sudah menampakkan hasil. Kuncinya dua yakni transformasi holistik dan dukungan stakeholder pemegang saham menjadi outcome yang menyeluruh,” katanya.
Gani menjelaskan saat ini kewenangan strategis diserahkan kepada holding baik terkait SDM, penjualan, hingga pengadaan sehingga tata Kelola melalui satu komando.
Selain itu manajemen holding memangkas susunan direksi yang tadinya satu anak perusahaan bisa memiliki empat direktur menjadi satu.
Untuk diketahui PTPN III ditunjuk menjadi induk seluruh BUMN perkebunan di Indonesia. Saat ini perseroan menjadi pemegang saham mayoritas 13 perusahaan perkebunan yakni PTPN I sampai dengan PTPN XIV, PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara, PT Riset Perkebunan Nusantara, dan PT LPP Agro Nusantara.(DM04)