Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius menyampaikan, adanya pandemi Covid-19 melahirkan beberapa tantangan di sektor kesehatan. Apalagi selama ini Indonesia masih memiliki ketergantungan terhadap mata rantai suplai, sehingga ke depan industri kesehatan harus menuju ke arah yang lebih mandiri.
Di sisi lain, inovasi riset juga harus terus dikembangkan. Bila tidak bisa dilakukan sendiri, inovasi riset tersebut bisa dilakukan dengan membangun kolaborasi dan terus melakukan percepatan. Apalagi saat ini kondisinya terus berpacu dengan waktu, khususnya dalam menghadapi Covid-19 dan penyakit-penyakit lainnya. Berikutnya adalah pemanfaatan teknologi yang juga tidak bisa dihindari.
“Untuk menuju kemandirian kesehatan Indonesia, kita perlu investasi dari hulu ke hilir. Pertama memang inovasi riset untuk menemukan molekul baru dan teknologi baru. Kalau tidak bisa dilakukan sendiri, kita juga bisa membangun kolaborasi antara akademisi, bisnis, government dan community (ABGC). Kemudian transfer teknologi untuk meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri,” kata Vidjongtius dalam acara Investor Daily Summit 2021 hari ke-3 pada sesi diskusi bertema “Pandemi, Momentum Investasi Sektor Kesehatan”, Kamis (15/7/2021).
Vidjongtius mencontohkan kolaborasi yang dilakukan Kalbe Farma dengan ABGC dalam uji klinis imunomodulator untuk pasien Covid-19. Melalui sinergi tersebut, uji coba bisa dilakukan lebih cepat dengan hasil yang baik. Kolaborasi juga dilakukan untuk uji klinis Covid-19 DNA Vaccine Candidate (GX-19N).
“Kami yakin, dengan adanya kolaborasi dan transfer teknologi, sumber daya manusia kita akan bisa ditingkatkan secara bersamaan. Kita juga harus bersama-sama membangun industri healthcare 4.0. Selanjutnya integrasi jaringan distribusi dan mata rantai suplai lokal dan internasional serta membangun ekosistem,” kata Vidjongtius. (DM05)