Pasar Eropa makin meminati komoditas pala asal Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Permintaan dari beberapa negara di benua tersebut cukup tinggi di awal Februari 2021. Ini mengingatkan era kolonial dahulu.
“Kali ini ekspor biji pala dan fuli pala dikirim ke Belanda dan Italia di awal Februari,” kata Kabid Daglu Disperindag Sulut Darwin Muksin, di Manado, Jumat (12/2/2021).
Darwin mengatakan biji pala yang diekspor ke Italia sebanyak 13 ton dan mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar 82.888 dolar Amerika Serikat. Sedangkan yang diekspor ke Belanda, katanya, yakni fuli pala atau bunga pala sebanyak 20 ton dengan nilai devisa sebesar 460 ribu dolar AS.
Melihat permintaan pasar Eropa yang tinggi akan komoditas pala Sulut dan turunannya, maka pemerintah terus ingatkan pengekspor agar menjaga kualitas produk. “Karena pasar Eropa sangat teliti saat menerima barang, jangan sampai membuat mereka kecewa,” katanya.
Harus diakui, katanya, produk pala yang sangat terkenal yakni pala Siau berasal dari Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut. “Kualitasnya sangat baik, dan sangat diminati pasar Eropa,” jelasnya.
Sebelumnya, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) juga telah mengekspor biji pala ke Belanda dan Argentina di akhir Januari 2021.
“Biji pala yang diekspor ke Argentina sebanyak 10,5 ton dan mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar 30.125 dolar Amerika Serikat (AS),” kata Kadisperindag Sulut Edwin Kindangen di Manado, Kamis (4/2/2021).
Dia mengatakan ekspor ke Belanda 13 ton dengan nilai 84.539 dolar AS. Kedua negara ini, katanya, sudah menjadi pasar ekspor biji pala sejak lama, sehingga harus dijaga dengan baik.
Pasar Eropa, katanya, memang penikmat produk biji pala asal Sulut yang dijadikan bahan rempah, farmasi, bahan makanan, dan aroma terapi.
Edwin menjelaskan pala asal Siau yang diminati pasar Eropa karena memiliki kualitas grade A yang sudah teruji. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro merupakan penghasil pala terbesar di Sulut dan sudah menjadi primadona berbagai negara.(DM04)